Selasa, 31 Mei 2011

Sure Lof, It's Edensor


Ketika kukatakan suatu saat aku akan pergi
kau bilang kau pun akan turut serta
benar?
aku hendak melanglang ke negeri nan jauh di sana
namanya Edensor
kau bilang aku terdoktrin abangku, Andrea Hirata 
terserah!
tidakkah kau ingin melihat tanah dan bebatuan yang berselimutkan rumput?
mereka tawa dalam hari-hari hangat di musim dingin
hmm, apa mungkin kau tak nak melihat hamparan dedaunan emas diawal musim gugur?
mereka damai dalam akhir yang indah

rumah-rumah kata dengan cerobong asap tua
ah, tak dapatkah kau bayangkan harumnya gemerisik kayu-kayu tua yang terbakar dalam nyala api musim dingin?
lagi-lagi Edensor, kau bilang

suatu waktu dipenghujung senja kau bertanya
tentang gambar-gambar tua yang kusimpan dalam diaryku
gambar-gambar ini, kata-katamu menggantung
aku tunggu hingga nafasmu yang satu-satu membiru menjadi nada
inginkah kau pergi kesana? mereka tampak hangat akhirmu
Sure Lof, It's Edensor


Rabu, 18 Mei 2011

Persimpangan


Hmmm, hujan kali ini aku nak bercerita tentang kegalauanku.
Kamu boleh tertawa, tentu saja.
Hujan kali ini aku temui di persimpangan menuju stasiun Cikini.
Aku baru selesai survey lokasi, sayang.
Untuk tugas akhir ini aku disuruh mengkomunikasikan Taman Menteng. :)
Berat?
Jangan tanya, aku tengah memikirkan bagaimana membuat surat wasiat yang baik karena frustasi mengukur taman ini.
Lelah?Tentu, bahkan beberapa saat aku tak tau bagaimana menggerakkan kakiku.
Tapi tak apa, karena di ujung jalan ini aku akan menemukanmu.
benar kan?

Haha, lagi-lagi aku memikirkanmu.
Kamu tega membiarkanku begini terus?
Entah kenapa, setiap kali hujan menyergap aku selalu memikirkanmu.
Apa yang harus aku lakukan untuk menghilangkanmu dari pikiranku untuk sejenak?
Haruskah aku pindah ke negeri yang tak ada hujannya?
Haruskah?

Senin, 16 Mei 2011

Poetry Hujan : Kampung Hujan



Masih tentang hujan
Bukankah baru kemaren kau bercerita tentang hujan di kampungmu?
Kau bilang, jika hujan menyapa
Rumah-rumah bak diselimuti butiran kristal
Dan kau akan meringkuk dibalik selimut tebalmu
Aku hanya tertawa membayangkannya

Kalau aku, aku selalu menyukai hujan yang menampar lekukan-lekukan kaca jendelaku
Dia, hmm begitu jujur 
Aku bisa melihatnya dari dalam rumah tanpa perlu kebasahan
Aku menyukainya
Tapi, aku akan lebih menyukainya jika melihatnya dengan dia
eh, bukankah kau pernah bercerita bahwa di kampungmu hujan begitu menggila?
Kapan kau bawa aku kesana?


Kuis Poetry Hujan
Puisi ini diikutsertakan pada Kuis “Poetry Hujan” yang diselenggarakan olehBang Aswi dan Puteri Amirillis

Rabu, 11 Mei 2011

Poetry Hujan : Hujan, Kamu Dimana?


20 April 2011


Kamu tau? Hari ini depok dirubungi hujan.
Sepanjang sore aku berlarian di bawah rintiknya dan melindungi kepalaku dengan telapak tanganku yang kecil dan tak berdaya.
Sampai tulisan ini aku ketik, hujan masih saja mengguyur di luar sana.
Aku memikirkanmu. Kalau seandainya kita sudah bertemu dalam ikatan suci itu, tentu aku sedang berlindung dalam pelukanmu yang hangat atau mungkin saja aku tengah menunggumu di mall sana. 
Aku membayangkan dirimu yang cemas menungguku yang pulang dengan kehujanan. 


Apa aku terlalu berkhayal bersamamu hingga bayangan-bayangan itu muncul?
iyakah?
Entahlah, aku terlalu merindukanmu. Kamu dimana?


Kuis Poetry Hujan
Puisi ini diikutsertakan pada Kuis “Poetry Hujan” yang diselenggarakan olehBang Aswi dan Puteri Amirillis