Jumat, 27 September 2013

Halaman Tuhan

Laut dan langit. Dari dua biru yang kusuka ini, untukmu kuberi laut. Biar kau berenang bebas di dalamnya, memulai dan menjalani hidup yang damai. Walaupun aku tak yakin, kau menyukai air atau tidak.  Tapi di mataku, kau terlahir untuk warna biru. Maka kuanggap saja kau dikirim untuk membangun peradaban di laut. Ah, apa hakku berlagak seperti Tuhan lalu memutuskan bagaimana caramu menjalani hidup?

Kelak, sementara kau beradaptasi dengan ombak dan angin laut disini, aku akan menjalani hidupku dengan menjauhimu. Mencoba segala cara yang bisa kutempuh untuk mencari langit. Entah dengan mendaki gunung atau menumpangkan nafasku di dalam balon udara. Kalau kau hidup di laut, maka sudah selayaknya aku mendekatkan diri kepada langit bukan? Karena takdir mereka, menjadikan mereka tak akan pernah bertemu kecuali saat hari akhir datang. Seperti jiwa kita yang tidak saling mengenal. Dan biarlah mereka tetap begitu, asing satu sama lain.

Sesekali, jika harimu senggang cobalah mengintip langit bertabur bintang dari lautmu yang tenang. Rasakan tenangnya, indahnya dan bahagianya menatap jauh ke halaman Tuhan yang tanpa tepi itu. Ketenangan itulah yang selalu diberikan alam saat aku mendengar namamu. Perasaan lapang yang menenangkan, damai, ramah, dan ribuan kata ganti untuk kebahagiaan lainnya. Perasaan yang hanya kau peroleh saat menatap langsung ke dalam halaman Tuhan. Kelak, semoga aku juga mampu menjadi langit bagi setiap penjelajahan yang terjadi di atas lautmu. Menjadi penunjuk arah bagi petualang yang tersesat, meskipun itu berarti harus menjaga jarak darimu dalam periode terjauh.

Jiwa kita tidak saling mengenal. Dan biarlah mereka tetap begitu, asing satu sama lain.

RandomPost #2

RandomPost lagi? Soalnya kalau ga ditulis judulnya random, gue ga rela blognya kelihatan seperti tong sampah.

Yah, ini soal orang kiri dan kanan. Ceritanya hari ini dikatain orang kiri dari seorang orang kanan. Sesungguhnya ga pernah sakit hati sih kalau dibilang orang kiri. Judge me whatever you want, and see if I care! Seriously. Cuma yah, orang ini kalau di depan gue selalu bilang kalau gue bukan orang kiri. Namun, tetiba gue denger dari seseorang yang lain kalau dia bilang bahwa gue orang kiri. hahaha

Sesungguhnya, jikalau dunia bicara bahwa orang kanan itu orang-orang seperti mereka, gue ga akan merasa bersalah menjadi orang kiri. Setidaknya gue jujur bicara soal apa yang gue pikirkan terhadap orang-orang yang gue kenal dan ga membicarakan hal-hal buruk di belakang orang tersebut. Kejujuran memang menyakitkan namun bersamanya datang penerimaan dan kesadaran. Sementara kebohongan akan merusak kepercayaan yang lantas menimbulkan kebencian.

Meskipun gue ga peduli image, ada satu hal yang selalu mengganjal di hati gue. Ceritanya bermulai dari omongan temen gue Rendi waktu kita keluar peprus pusat UI. Dia bilang dengan gampangnya serta tanpa rasa bersalah ke gue
"Cin, suami Icin bakal jadi orang paling sial di dunia" Jleb
Karna gue ga terima, ya gue tanya kenapa. Jawabannya bikin nyuuuh.
"Soalnya, kalau Icin ntar disuruh makan, ntar jawabannya 'Lah? Kenapa mesti makan? Dimana dibilangin kalau makan mesti tiga kali sehari? Mana hadistnya? Liatin!'"
-_____- Gue ga segitunya juga kali yah?

Well, percakapan ini menyadarkan gue akan banyak hal. Salah satunya soal betapa image gue sudah rusak. Lalu pemahaman ini membawa gue ke alur cerita yang sudah amat terkenal, yakni galau. Iye, bagaimanapun Rendi yang entah dari golongan mana ini aja punya pikiran macam ini ke gue. Apakabar sama orang-orang kanan? Dan naasnya, gue punya crush dong sama salah seorang orang kanan. Apakabar cara pandang dia ke gue? Mungkin ada yang bertanya-tanya kenapa gue sampai punya crush segala, sementara kayaknya gue ga setuju sama cara hidup manusia-manusia ini. Harusnya dan logisnya gue emang ga mungkin punya rasa menye-menye gini ke orang kanan. Kalau bisa, gue maunya ga ke dia juga, sama abang-abang yang suka main gaple di Kantek juga gapapalah.Tapi gimana lagi yah sodara-sodara, ini hati cuy.

Trus pemikiran gue mengelana dan mengembara lebih jauh lagi. Orang macam dia, (untuk selanjutnya kita panggil dia Alif aja yah, susah kalau pake kata ganti dia terus. Awalnya gue mau pake kata setrikaan aja buat dia, tapi kasian juga soalnya gue paling suka sama namanya). Oke ralat, orang macam Alif ini pastilah sukanya sama orang kanan ga sama orang kiri kayak gue. Dan kayaknya pake sistem-sistem taarufan gitu deh. Nah kalau si Alif begitu, ntar gue sama siapa dong? Sempet terpikir kenapa gue ga ikut-ikutan gaya mereka aja? Siapa tau jekpot, jadinya sama Alif. (Lu kate lotere, jekpot! .___.)

Sekarang pikiran gue entah lagi dimana. Ni bocah, jalan-jalan seenak jidatnya aja. Kalau pulang bawa permen sih gapapa, ini pulang ngebawa berbagai perasaan campur aduk. Anak durhaka sih emang. Sekarang gue dibawain oleh-oleh perasaan rendah diri dan krisis kepercayaan diri. Komplit dah bikin stress tengah malam.

Gue, ya gue, punya apa ya? Cantik kagak, kaya apalagi, pinter nanggung, agama juga kentang.
Kalau ngomong asal jeplak, kagak ada lembut-lembutnya begitu. Sering tidur, kuliah ga bener-bener amat, meski ga salah-salah amat. Image juga hancur buruk rupa. Gimana cara Alif bisa ngelirik gue. o.o
Trus hidup gue juga mau diarahkan kemana? Kemaren nemu beasiswa S2 yang oke, GPAnya minimal 3.8. Becanda!

Kenapa gue post di blog? Biar di masa depan gue bisa baca. Kalau gue jadi orang oke, biar sebagai pengingat buat gue kalau gue pernah stress kacau lucu begini. Kalau ga sukses, biar gue tau sebabnya karena kebanyakan galau.

Ada juga yang biasanya nanya, kenapa gue nyantai banget kalau bilang gue punya crush ke orang. Soalnya bagi gue, punya perasaan menye-menye gitu ke orang ga salah. Yang salah, kalau gue nyari-nyari urusan biar ada kontak sama dia. Lebih salah lagi, kalau menolak adanya perasaan itu tapi mengada-adakan urusan yang seharusnya ga ada biar ada kontak ga sih? Apa pemikiran gue salah? Dengan penerimaan, pengobatannya akan lebih gampang kan ya? Iya, gue tau harusnya bisa kayak Ali bin abi thalib ra sama Fathimah ra, nyembunyiin perasaan menye-menye gitu. Tapi ya gitu, gue masih belajar. o__o

Sudahlah, semakin random saja tulisan ini.


Love,

Icino
xoxo











Kamis, 26 September 2013

Resume komitmen muslim sejati fathi yakan



Tugas semasa PPAM. Harus post minimal satu tulisan hari ini, tapi sudah jam segini masih belum dapat ide harus menulis apa. Jadi ya sudahlah ya, anggap saja asal bayar hutang.


Resume komitmen muslim sejati fathi yakan

Oleh Alfi Ramadhatillah

            Komitmen muslim sejati, sebagai seorang muslim tentulah kita harus mengerahkan setiap kemampuan kita dalam mengembangkan islam. Fathi yakan  dalam bukunya yang berjudul Komitmen Muslim Sejati yang berjumlah 157 halaman menuturkan apa saja komitmen sejati seorang muslim terhadap agamanya. Komitmen tersebut yaitu :
1.      Sebagai seorang muslim saya harus mengislamkan aqidah kita
Saya mestilah beriman bahawa pencipta alam ini adalah Allah, Tuhan yang Maha Bijaksana lagi Berkuasa, Maha Mengetahui serta tidak memerlukan pertolongan sesiapapun. Saya mestilah beriman bahawa pencipta alam ini adalah Allah, Tuhan yang Maha Bijaksana lagi Berkuasa, Maha Mengetahui serta tidak memerlukan pertolongan sesiapapun. Saya mestilah beriman bahawasanya Allah s.w.t telah mengutuskan Rasul-rasul dan diturunkan untuk mereka kitab-kitab dengan tujuan mengajar manusia supaya mengenali Allah dan memahami matlamat kejadian mereka, mengetahui asal-usul mereka dan ke mana mereka akan kembali.

2.      Saya haruslah mengislamkan ibadah saya.
Ibadah meruppakan puncak hubungan saya dengan tuhan, jadi dalam beribadaha saya haruslah bersungguh-sungguh. Sata harus khusyu, dan beribadah dengan anggapan Allah melihat saya selalu meskipun saya tak melihatNya.

3.      Saya harus muslim dalam aqidah saya.
Maksudnya adalah saya harus menjaga setiap panca indra saya hanya untuk Allah SWT, menjaga perilaku dan ucapan saya. Saya juga harus bertingkah laku sebagai seorang muslim dengam menjaga pandangan saya, menjaga lidah, dan pendengaran saya.

4.      Saya haruslah bersikap sebagai seorang muslim terhadap keluarga saya.
Sebagai seorang anggota keluarga saya memiliki tanggung jawab terhadap keluarga saya untuk menyampaikan kebenaran-kebenaran mengenai islam.

5.       Saya harus dapat menguasai diri saya
Dalam hidup ini terdapat begitu banyak godaan hidup. Oleh karena itu, saya harus bisa membentengi diri saya dari pengaruh-pengaruh yang timbul baik dari dalam Maupin luar yang mampu merusak keimanan saya.

6.      Saya harus meyakini bahwa masa depan adalah untuk islam
Saya harus yakin bahwa islam akan bangkit di masa depan nanti sehuingga dengan begitu saya akan selalu optimis menjalani hari.

Selain itu, sebagai seorang muslim saya juga harus masuk ke dalam islam secara keseluruhan, yaitu dengan selalu mempelajari islam dan menjalankan perintah-perintahNya. Cara-cara yang dapat ditempuh antara lain :
1.      Saya harus hidup untuk islam.
2.      Saya harus yakin bahwa beramal baik itu adalah wajib.
3.      Saya harus memahami harakah islamiyah
4.      Saya harus memahami tata cara beribadah dalam islam.
5.      Saya harus memahami sajauh mana penggabungan saya denga islam.
6.      Saya harus paham mengenai pemusatan amal alami
7.      Saya harus memahami syarat-syarat baiah dan keanggotaan.

Itulah beberapa hal yang bisa saya lakukan untuk islam.

Senin, 23 September 2013

Kecipak Cinta dari Sungai Kapuas


Judul Buku      : Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah
Penulis            : Tere Liye
Penerbit          : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit    : 2012
Tebal Buku     : 512 halaman

Jikalah manusia mampu memahami, bahwa tak pernah sekalipun yang namanya kebetulan menginjakkan kaki di dunia ini maka akan semakin betebarlah rasa syukur dan penghambaan pada Dia Yang Kuasa. Kejadian-kejadian tak terduga yang menyapa sejatinya kumpulan dari doa-doa yang jawabannya ditunda, penghapus dosa-dosa kecil yang dikerjakan serta bayaran atas usaha-usaha nan telah lalu. Aduhai, jikalau satu daun yang jatuh ke bumi saja tak pernah luput dari mata awasNya, apalagi dengan hidupmu wahai manusia, makhluk yang diciptakanNya dengan sempurna.

Kisah cinta adalah milik semua manusia, baik bagi ia yang duduk di bangku penguasa maupun yang tengah mengorek makanan sisa dari tempat-tempat sampah di samping kedai makanan. Cinta tak pernah memandang pada siapa ia mengikatkan nafasnya. Manusia dan cintanya, adalah aneka rupa warna-warni yang beriak membentuk bumi. Seperti riak Sungai Kapuas, kadang surut kadang memuai.

Banyak yang jatuh cinta, banyak pula yang patah hatinya lalu terluka serta mulai membenci cinta. Namun lebih banyak yang tak sadar untuk apa mereka mencinta. Borno, yang belum pernah berkenalan dengan cinta paham bahwa tanpa cintanya dunia tak akan berubah. Hanya saja dalam pandangan matanya, Sungai Kapuas tak akan pernah sama lagi. Sama sekali tak akan pernah sama.

Bujang Melayu yang lurus hatinya. Hidup sederhana dalam lingkungan ramah Melayu Pontianak.  Suatu masa, tibalah masanya ia berkenalan dengan cinta. Ah, cinta pertama. Mendengarnya saja sudah menguak kenangan-kenangan indah lama itu. Sedang jatuh cinta bujang kita ini. Benar-benar kuasa cinta itu, mengemudi sepit yang dahulunya membosankan kini menjelma menjadi waktu-waktu tak tertahankan. Meski hanya satu dua tiga kecipak air, cukup baginya biar bertemu yang dicinta.

Bukan cinta namanya jika tak pernah membawa perasaan pada gelombang tak bertuan. Begitu pula cinta pertama Borno, cinta itu membawa luka bersama datangnya. Bujang itu, lambat laun tenggelam dalam dukanya. Namun tersebutlah Andi, seorang kawan yang mengingatkan kita bahwa tak hanya cinta buta nan merana yang ada di kehidupan manusia. Ada cinta dari setiap ia yang melangkahkan kaki ke dalam kehidupanmu. Bukan dengan bahu siap ditumpangi tangisan ia datang, namun dengan penyadaran bahwa selalu masih ada hal yang harus diperjuangkan bagi orang-orang yang kita kenal.

Tak jauh beda dengan Andi yang menyayangi Borno dengan caranya. Bang Togar, yang dikenal dengan ketegasannya pun pada akhirnya memperlihatkan kepada kita bahwa semua orang memiliki caranya masing-masing untuk mencintai. Hanya saja terkadang cara itu terlalu rumit untuk kita pahami, kecuali dengan sabar menunggu cinta itu berbunga di waktu yang tepat. Sabar, adalah bentuk cinta yang tak ada batasnya. Ia berarti kepercayaan tak terperi bagi para pecinta. 

Jika Andi hadir dari kalangan muda, sementara Bang Togar mewakili usia pertengahan baya. Maka lengkaplah dengan hadirnya Pak Tua sang cendekiawan cinta Kapuas. Agak ironi sebenarnya, karena yang hadir sebagai cendekiawan cinta kita adalah ia yang tak menikah selama hidupnya. Tapi tentu saja, seorang lelaki sebijaksana Pak Tua, punya cara tersendiri untuk mencintai. Entah itu kita ketahui, entah tidak.

Bicara soal kebetulan dan cinta Borno, bukan kebetulan saat ayah Borno memutuskan menyumbangkan nyawa terakhirnya kala itu. Itu adalah wujud cinta. Bukan kebetulan saat Borno memburu nomor undian 13 dalam atrian sepit. Itu adalah usaha cinta. Bukan kebetulan saat ia bertemu pujaan hatinya di tanah Jawa. Itu adalah jawaban akan usaha kerasnya mencari-cari cinta. Bukan kebetulan saat angpau merah penyelesai cerita kita ini jatuh di sepit Borno. Angpau yang jatuh itu juga salah satu wujud cinta, kawan.

Cita rasa kehidupan di sepanjang Sungai Kapuas yang kental. Itulah hal yang pertama kali menyelimuti rongga dada saya. Dari Depok sini, saya mampu melihat gang-gang sempit tempat Borno mengemudikan sepitnya di pagi buta. Gurauan-gurauan pengemudi sepit yang buncah di kedai-kedai kopi. Benar-benar, sungguh sangat Melayu. Kepiawaian Tere Liye membangun suasana Melayu inilah yang menjadikan kisah cinta bujang kita terasa sangat dekat, tidak mengawang-awang. Kedalaman riset dan kemampuan membaca alam dan budaya yang menawan. Dan tentu saja, pengungkapannya dalam bahasa lokal yang menjadikannya sangat Pontianak.

Alur cinta yang dinamis dan mengejutkan. Selalu saja ada cara Yang Kuasa untuk mempertemukan cinta bujang   Melayu ini. Sungguh kisah sederhana nan manis. Namun, meski demikian hebatnya, saya merasa tertipu saat membaca buku ini. Saya, sejujurnya, hanya mempersiapkan diri untuk membaca sebuah kisah menakjubkan, bukan bertubi-tubi kisah cinta yang selama ini terhapus oleh paradigma saya mengenai cinta sejati. Akui saja, kau pun hanya akan mengingat sebuah hubungan asmara antara perempuan dan lelaki saat mendengar kata cinta.  Padahal ada tak terbatas rasa cinta yang tumbuh tanpa kita sadari. Ya, kita tertipu paradigma sendiri selama ini.

Ada cinta yang diajarkan oleh ayah Borno, bahwa keikhlasannya berbuah menjadi hadiah indah baginya dan keluarganya. Ikhlasnya, adalah bukti kecintaan yang luar biasa dalam. Cinta yang tak pernah hilang, ialah kisah cinta sahabat Pak Tua. Fulan, mencintai baginya adalah kata kerja yang tak pernah ada pensiunnya. Bang Togar dan cinta yang nekat. Andi dan cinta yang menyadarkan serta beragam ungkapan cinta yang tak terungkapkan. Meski tertipu, saya suguhkan secangkir terima kasih karena telah menyadarkan saya dari paradigma yang selama ini saya tuturkan sendiri.

Kisah cinta yang meliuk, berliku dan beriak. Persis. Persis seperti sepit Borneo yang membelah sungai Kapuas. Namun, bukan karena itu ia menjadi istimewa. Bukan karena  akhirnya bahagia ia lantas dipuja. Bukan juga karena hadirnya Pak Tua, lakon kita yang sangat bijak tutur katanya. Namun, karena mereka menyadarkan kita bahwa tak pernah ada kata sia-sia bagi apapun yang tengah kita perjuangkan. Memberi pemahaman bahwa kebetulan, hanya ada bagi mereka yang tak berjuang cita-citanya. Dan karena kisah ini dituturkanlah, ia menjadi istimewa.

Untuk mereka yang mengaku tak pernah dicintai, lalu bagi mereka yang berkoar-koar pada dunia bahwa cintanya sejati dan mereka yang sampai sekarang masih terbelenggu dengan rumitnya kisah cinta yang tengah ia hadapi. Bagi mereka semualah, buku ini saya rekomendasikan. Agar mereka paham bahwa cinta tak hanya ungkapan-ungkapan manis, setangkai bunga dan sekotak coklat. Agar mereka paham bahwa ada banyak kebaikan bagi ia yang ikhlas, sabar dan tetap berusaha. Agar mereka yakin bahwa tak sia-sia dan kebetulan tak pernah ada bagi manusia yang berusaha. Semua kebaikan yang mereka terima adalah kumpulan kerja keras dan doa-doa yang ditunda.

Minggu, 22 September 2013

Percaya deh, Hidup itu Indah!

Pernah dengar murid yang benci gurunya? Sering kan? Nah, cerita pertama di proyek 21 gue kali ini bercerita soal kisah klasik ini.

Gue pertama kali ketemu bapak guru ini pas kelas X di SMAN Agam Cendekia.  Beliau guru fisika yang muda, ganteng, dan cerdas. Lazimnya, murid putri yang seusia gue kala itu bakalan jatuh hati dan mengidolakan si bapak yang mendekati sempurna ini. Tapi gak bagi gue, sebaliknya gue malah benci banget sampai ke tulang sumsum belakang sama dia. Why? Karena bapak gue tercinta yang satu ini suka banget ngebanding-bandingin siswanya. Gue yang tertakdir duduk di kelas X.a selalu dibanding-bandingkan dengan murid-murid kelas sebelah.

"Ah, kok soal gini aja lama? Tadi di kelas sebelah semua pada bisa," adalah omongan yang sehari-hari yang biasa gue dengar. Sebenernya gue paham kalau kalimat itu diucapkan agar kita semangat belajarnya. Tapi jiwa labil jaman abege gue ga bisa merespon trik psikologis ini dengan cerdas. Gue terpancing, emosi dan akhirnya melawan. Iye gue melawan itu bapak guru. Secara frontal, di satu siang yang indah gue bilang sama si bapak
"Saya benci banget sama Bapak" dan berlari meninggalkan ruangannya di kantor. Sejenis sama scene murahan di drama picisan begitu.

Besoknya ketika belajar fisika, gue melakukan aksi terhebat gue. Ngambek. Iye, gue mogok belajar. Pinter yah. Gue sedikit berharap, bapaknya minta maaf ke gue. Tapi ternyata yang gue dapat adalah pernyataan perang!
"Ini si Alfi, mending ngemil granat aja deh," iya gue ga salah ngetik. Kalian ga salah baca. Gue disuruh ngemil granat. Kalau diterjemahin ke bahasa manusia artinya kurang lebih "Ini si Alfi, mending mati aja sana" Manis dan romantis ya? Dan percakapan ini terjadi di dalam kelas saat proses belajar mengajar berlangsung. Untung gue kuat, jadi ucapannya ga ngefek. Kalo si bapak ngomong ke sodara gue yang suka main perasaan, beneran ngemil granat kali yah dia. hahaha

Setahun penuh gue jalani dengan menekan perasaan benci. Mogok belajar di kelas. Untungnya di sekolah gue ada kelas fisika plus. Jadi meski ga belajar di kelas fisika nasional, gue  masih bisa survive dengan nilai-nilai yang fantastis. Emang dasarnya pinter kali yah. Dan yah, berhubung gue tergabung dalam anak olimpiade fisika, gue juga dapet kelas pembinaan fisika di luar jam sekolah. So, kemogokan gue di kelas fisika si bapak ga terlalu memengaruhi akademis gue.

Di akhir tahun, gue dan dua orang temen gue yang juga merasakan kebencian yang sama kepada bapak fisika ini akhirnya melakukan tindakan nyata. Kami bertiga mendatangi Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan untuk mengungkapkan segala kebencian kami. Tanpa rasa bersalah karena kami bertindak atas nama HAM dan masa depan gemilang. Sore itu di samping ayunan tua dekat kantor kepala sekolah kami meminta bapak wakepsekbidsis untuk memasukkan kami ke kelas XI yang tidak diajar oleh bapak fisika ini. Bapak wakepsek mendengar dan cuma tersenyum kepada kami, menutup tahun ajaran kala itu.

Juni, 2008

Gue memasuki tahun ajaran baru dengan langkah tegap, penuh percaya diri bahwa tahun kedua gue akan gemilang. Sampai gue mendengar berita paling mengejutkan Senin paginya. Tak hanya gue mesti diajar fisika oleh bapak yang sangat gue benci ini, tapi sekaligus harus menerima kenyataan bahwa dia bakal jadi wali kelas gue selama satu tahun ke depan. Dua temen gue yang lain? Satu orang senasib sama gue, yang satu lagi mendapatkan nasib yang lebih baik.

Seperti biasa, saat kelas fisika nasional gue akan selalu mogok belajar. Iya, sekarang gue sadar gue teramat sangat kekanak-kanakan. Tapi, entah kenapa kali ini si bapak ga melawan gue lagi. Yang ada tiap hari dia menatap gue dengan baik dan berkata "Alfi, ayo belajar" Lalu kalau ada soal di papan tulis, "Alfi bisa kan? Ayo kerjain di depan" dan ucapan baik lainnya. Sejujurnya gue sedikit terenyuh sama kesabaran si bapak menghadapi gue yang keras kepala ini. Tapi yah, namanya juga pride ketinggian kagak bisa baik-baik sama bapaknya.

Bapak ganteng ini pernah ngasih hadiah ke siswa-siswanya yang bisa khatam Al-qur'an selama ramadhan. Dan surprisingly gue termasuk ke dalam salah satu siswa yang dikasih hadiah. Pas pembagian hadiah, si bapak tersenyum ke gue dan ngasih buku berjudul "Percaya deh, Hidup itu Indah!". Gue menerima buku tersebut dengan pemikiran 'Emang tampang gue semisery itu apa? Sampai harus dikasih buku beginian?'

Kebencian gue ga pernah berkurang, sampai suatu saat dia nanya ke gue hal yang bahkan gue ga tau.
1. Dia satu-satunya yang sadar bahwa nama gue beda antara nama di Ijazah dan nama yang biasa gue tulis kalau di ujian.
2. Dia tau gue ga suka minum air putih.
3. Dia satu-satunya yang nanya, gue sesungguhnya mau ikut olimpiade apa. Iya, kelabilan gue mencakup olimpiade apa yang akan gue ikutin. Ah, sebenernya gue disuruh ikut olimpiade astronomi karna gue suka baca-baca tentang perbintangan. Tapi hati kecil gue teriak-teriak pengen olimpiade fisika. Iya gue sok pinter. Dan bapak inilah yang memahami gue apa adanya.

Maka semenjak itu, kebencian gue mulai sirna. Terlepas dari jebakan dia yang membuat gue mesti nyalon jadi Ketua OSIS. Gue sayang bapak gue ini apa adanya. Dari bapak ini gue belajar bagaimana kesabaran bisa mengalahkan kebencian.








Proyek 21

Kalau ada yang lupa kapan gue ultah, gue ingetin disini deh yak sekali lagi. Plus gue ingetin kalo gue suka buku sama alat dan bahan tulis yang imut-unyu. ><
Jadi, kemaren tanggal 28 Juni gue ulang tahun lagi. Dan tetiba ingat tantangan dari temen SMA gue si Azohg. si Azohg nantangin gue pas ulang tahun yang ke-20 tahun 2012 kemaren buat ngepost 20 tulisan di blog ini. Berhubung gue penganut hari ini lebih baik daripada hari kemaren, gue dateng dengan keinginan muluk yaituh Proyek 21 Icino

Yah meskipun telat, gue akan tetap mempublish proyek ini secara perlahan kok.Ini gue kasih list proyeknya biar rada kongkrit dikit ceritanya. hahaha

1.       21 rahasia kecil Icino
2.       21 perempuan terpenting
3.       21 laki-laki penting
4.       21 kesalahan
5.       21 buku
6.       21 impian
7.       21 kejadian berkesan
8.       21 syukur
9.       21 hal dalam buku kejadian tak mungkin
10.   21 yang dibenci
11.   21 film
12.   21 barang paling berharga
13.   21 idola
14.   21 tempat makan kesukaan
15.   21 orang yang pengen deket
16.   21 mimpi berkesan
17.   21 karakter fiksi favorite
18.   21 lagu berkenan
19.   21 guru keren
20.   21 penyesalan
21.   21 yang ingin dipelajari

Yasudah, tunggu aja ya proyek 21 Icino iniiiii


Love,

Icino
xoxo

RandomPost #1

Sudah lama sekali tak menulis, iya saya bingung mau cerita apa disini. Akhir-akhir ini rasanya mati rasa sama dunia tulis-menulis ini. Pikiran saya lagi dirasuki begitu banyak hal-hal yang mesti dirapiin dulu sebelum dimuntahkan keluar. Kalau orang-orang di sekeliling saya bilangnya, saya kalau ngomong sering ga pakai saringan. Emang beneran? Kok saya ga ngerasa ya? haha

Soal saring-menyaring ini, saya percaya bahwa "the truth has to be told, no matter how hurt it'll be". Nah, cuma ya ada orang yang akan merelakan banyak waktunya buat menyusun kata manis buat membingkai kebenaran ini. Sementara saya lebih memilih buat menyampaikannya apa adanya tanpa polesan bahkan kalau perlu dipertajam. haha (evil smirk) Ibaratnya kalau kita analogikan menyampaikan kebenaran itu seperti menembakkan senjata api, ada orang yang akan menarik pelatuknya bersamaan dengan serangkaian bunga duka cita sementara saya akan mengubah pelurunya yang tumpul sampai runcing dulu. Lalu mengarahkannya tepat ke jantung. Biar lebih ngena.

Lagian, saya orang yang agak tidak suka (kalau pakai kata benci agak ekstrim) dengan afeksi-afeksi manis berlebihan. Saya percaya cinta dan sayang itu kata kerja, bukan kata-kata yang bersifat manis. Namun, bukan berarti bersifat dan bersikap manis itu salah. Itu cuma bukan style saya :p Dan, bagi kalian yang ngerasa saya tembak pakai peluru tajam, harusnya bangga karena itu berarti saya yakin kalian ga akan ninggalin saya meskipun saya jahatin. (Pedetingkatmahasiswa) Yah,intinya bagi saya tingkat kedekatan antar dua orang itu baru dinilai tinggi kalo udah bisa saling menghina dan mencaci tanpa terasa sakit sama sekali. Saya udah punya beberapa sih temen yang begini, tapi mau nambah lagi. Dare to join? fufufu

Random? Iya, kan judulnya randompost. Dan batewe, ini judul seperti biasa ikut-ikutan gaya nulisnya beberapa orang yang rajin nulis notes di facebook. Kalo kalian aktif di jejaring sosial itu, pasti taulah ya ini refers to siapa XD

Well, sekian dulu randompost hari ini. Mau makan es krim yang dibawain Ka Indah duluh.

Love,

Icino
xoxo