Kamis, 31 Mei 2012
Rabu, 30 Mei 2012
Selasa, 29 Mei 2012
Beloved Dongsaeng
Honestly, i rarely write down my personal life in a social media. I think nobody will read it. Surprisingly, three days ago, a junior from my junior high school asked me to write down anything that happened in my life. He said that he likes my writing. He always been feel motivated after reading my blog. I can't say how happy I am to hear his feeling. I can't put my happiness into words. Simply, if you are a singer, you'll know this feeling after hearing how happy your fan after listening to your voice. Yes, as simple as that.
So, for you my beloved dongsaeng. I'll keep write down anything that come across my life. Just keep reading my writing. And, i'll feel blessed. :)
So, for you my beloved dongsaeng. I'll keep write down anything that come across my life. Just keep reading my writing. And, i'll feel blessed. :)
Senin, 28 Mei 2012
pikir
Akhir-akhir ini saya sering berpikir bahwa sekarang saya sudah sangat
jarang berpikir. Bukan, bukan berpikir yang semacam itu, tapi berpikir yang
seperti dulu. Saat masih memecahkan rumus-rumus fisika yang ada di papan tulis.
Yah, buah pikiran ini adalah hasil memperhatikan Riris yang tiap malam berkutat
dengan madat, mektan dan mekflunya. Semakin membuat saya rindu angka-angka itu.
O_o
Lantas, keesokan harinya saat hendak melepas lelah sebentar di pelataran
Mustek saya mendapati empat mahasiswi Teknik Lingkungan lagi-lagi
mengobrak-abrik rumus-rumus itu. Tegangan geser, torsi, puntir, sigma dan
sederet nama-nama lama lainnya menari-nari di udara. Ah, membuat saya semakin
rindu saja.
Pada akhirnya saya memutuskan untuk pulang saja daripada berlama-lama
mendengarkan nama-nama yang membuat saya galau. Sesampainya di kamar, saya
ucapkan kepada Allah bahwa saya masih cinta Fisika. Dulu, sekarang dan nanti.
Lantas menarik selimut, melupakan gambar-gambar kerja yang mengerjap-ngerjap
minta dikerjakan.
Sabtu, 26 Mei 2012
Hidup
Hidup, hanyalah sebuah fragmen singkat yang kau tak
tahu kapan masa berakhirnya. Kau, aku, kita adalah lakon-lakon kecil dalam
pertunjukkan singkat ini. Kita saling berbagi peran masing-masing. Dan
sejatinya, peran-peran sepele ini tak akan pernah bisa digantikan orang lain.
Kau tercipta khusus untuk peranmu, pun aku.
Seperti
kataku pada awal-awal pertemuan kita, hidup ini tak ubahnya seperti sebuah
ruang kelas. Hanya ada satu penguasa di ruangan ini. Kalau saat ini di
ruang-ruang kelasmu kau panggil dia dengan sebutan guru, maka penguasa hidupmu
juga seorang guru. Maha Guru yang Maha Tahu.
Bertahun-tahun
lamanya kita beradu kecerdasan dalam kelas besar yang bernama dunia. Saling
berlomba merebut kasih sayang Sang Maha Guru kita. Persis. Persis seperti apa
yang kita lakukan di ruang-ruang kelas kecil di sini. Yang kusukai dari kelas
ini adalah kejutan-kejutan menyenangkan dari Sang Maha Guru kita. Tak pernah
ada pemberitahuan akan ujian-ujian kecil yang diberikanNya kepada kita. Mereka
selalu datang tanpa komando, lantas menghampiri siap ataupun tidak. Kau harus
belajar cepat, persiapan sepanjang hidup. Lagi-lagi
seperti kelas-kelas belajarmu, kau tak akan ditinggal sendirian tanpa pedoman.
Rasul-rasul terdahulu adalah murid-murid pilihanNya yang teristimewa. Untukmu,
ditinggalkan beribu kisah tentang keteladanan mereka. Satu pedoman yang utuh.
Namun yang kusayangkan, kita sering lupa bahwa ada pedoman lain yang lebih
lengkap, lebih utuh. Pedoman itu ditinggalkan begitu saja padahal kita paham pedoman
itu murni berasal dari Sang Guru.
Aku
sering merana saat memahami pola pikir kita, para mahasiswa. Saat seorang dosen
memberi prasyarat tugas, kita mati-matian mematuhi permintaannya. Simple,
karena kita ingin lulus dengan nilai memuaskan. namun tak sedikit dari kita
yang meninggalkan alqur’an. Aku jadi sering bertanya-tanya, apa nanti saat
ujian kelulusanNya berlangsung kau tak ingin lulus dengan nilai memuaskan? Apakah
janji surgaNya tak cukup bagimu?
Minggu, 06 Mei 2012
Langganan:
Postingan (Atom)