Berapa lama kita tak bersua? Entah berapa bilangan hari yang sudah terlewati. Juga beberapa kali perayaan kembang api di malam pergantian tahun. Sementara sebelumnya aku terbiasa dengan hadirnya dirimu. Aku tak peduli bagaimana orang-orang melogikakan hubungan kita. Ada yang bilang cinta, tak sedikit juga yang bilang persahabatan. Yang paling populer selalu mengatakan kita musuh, kita saingan. Biar saja mereka terjebak pada perkiraan-perkiraan mereka. Bagiku, dari dulu kau tetap sama, teman lomba yang harus kutiru semangat juangnya. Teman pertandingan yang selama ini berusaha kulampaui kegigihannya.
Sejak kapan aroma persaingan kita mulai menyeruak di pikiran mereka? Mereka keterlaluan bukan? Bertindak seperti tuhan dan menghakimi tanpa tahu segala hal tentang kita. Sok bicara bahwa persaingan kita tak sehat. Mereka bagai berdiri di luar sebuah rumah lantas berlagak paling tahu semua kegiatan di dalam rumah tersebut. Ah, sudahlah. Cukup memikirkan mereka.
Sekarang, apa kabarmu? Baikkah? Aku tengah bingung, kehilangan lawan tanding. Padahal seyogyanya kita tengah bertanding. Semoga kau masih ingat ucapanku di akhir perpisahan kita, "pertandingan kita belum selesai!" Jadi, mari bertanding lagi, kawan!
Sejak kapan aroma persaingan kita mulai menyeruak di pikiran mereka? Mereka keterlaluan bukan? Bertindak seperti tuhan dan menghakimi tanpa tahu segala hal tentang kita. Sok bicara bahwa persaingan kita tak sehat. Mereka bagai berdiri di luar sebuah rumah lantas berlagak paling tahu semua kegiatan di dalam rumah tersebut. Ah, sudahlah. Cukup memikirkan mereka.
Sekarang, apa kabarmu? Baikkah? Aku tengah bingung, kehilangan lawan tanding. Padahal seyogyanya kita tengah bertanding. Semoga kau masih ingat ucapanku di akhir perpisahan kita, "pertandingan kita belum selesai!" Jadi, mari bertanding lagi, kawan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar