Kamis, 08 Desember 2011

Rona Cinta Sang Surya

Sudah lama tak bercerita di sini. Ah, bukan. sudah lama jari jemari ini tak bertemu rindu dengan tuts-tuts hitam.
Kali ini aku akan bercerita untuk pertama kalinya, ya untuk pertama kalinya dalam hidupku aku bersyukur berada di sini. Di dunia perarsitekturan ini.

Biarlah kisah cintaku dengan kertas-kertas gambar ini kuawali dengan salam hangat dari langit yang kucintai.
Senja itu saat Depok tengah sibuk dengan lalu lalang kendaraan-kendaraan Depok-Bogor, aku dan mahasiswa arsitektur lainnya masih terkurung dalam studio, Gedung S lantai 6 fakultas teknik ini.
Di sinilah biasanya aku berkeluh kesah tentang tugas-tugas yang panjang dan tak kenal lelah.
Namun kali ini beda, kucoba tersenyum memandang tugas maket yang belum juga selesai sejak kemaren pagi.
Ah, sudahlah, biar saja hati ini mengeluh melulu. Nanti akan reda sendiri.


Tiga, lima, tujuh menit lamanya aku kembali menekuni tusuk-tusuk sate yang harus kususun menjadi maket struktur hingga terdengar teriakan terpesona dari orang-orang di sekitarku. Kususuri pandangan mereka lekat-lekat. Di ufuk barat, matahari tengah tersenyum kepada kami. Dia merona kemerah-merahan. Itu rona cinta pada pejuang-pejuang cita-cita yang masih berjibaku dengan asa saat yang lain telah diam dalam lelahnya.




2 komentar: