Jumat, 24 Juni 2011

Aku Padamu adalah Merah pada Bintang Saat Ia Terbelah


Aihh, entah kenapa lagi-lagi aku ingin bercerita tentangmu Bang.
Belakangan aku menyadari, betapa sungguh aku menyia-nyiakan kesempatan yang kudapat dan tak kau peroleh.
Lagi-lagi aku teringat pada pahatan-pahatan mimpimu yang kau ukir di antara lambaian padi yang menguning.
Bukan Harvard ucapmu apalagi Oxford, saat kusebut nama besar mereka.
"Aku cuma butuh ilmu," kau tersenyum pada ilalang yang seirama dengan belalang.


Lalu di kemudian hari aku tertegun mendengar kisahmu dari negeri di seberang gunung sana.
Di pagi saat pendaftaran pencarian ilmu itu bermula, kau simpuhkan kakimu dan bersujud pada perempuan yang paling kau hormati.
"Bu, benarkah tak ada kesempatan untukku melanjutkan sekolah? Kuliah?" lirihmu di pagi dan petang.
"Maaf nak, Ibu dan Bapak tak punya uang,"jawab beliau.
Dan kita sama-sama tau bahwa di kota kita ilmu hanya diperuntukkan bagi orang-orang berdompet.
Ah, andai kau lahir di keluarga yang lain Bang.
Bukan, andai kau lahir dalam keadaan keluarga yang lain.

September 2009
Kutanyai jiwamu dan ternyata ia masih mendongak pada kobaran pencarian panjang.
Pencarian pada ilmu-ilmu yang Ia sebarkan di hamparan permadani biru ini.
"Dua tahun lagi Dek, kulanjutkan mimpiku yang sempat terbengkalai. Insya Allah."
Insya Allah bang, Man Shabara Zhafira

Tidak ada komentar:

Posting Komentar