Rabu, 14 Maret 2012

Hidup


Hidup, hanyalah sebuah fragmen singkat yang kau tak tahu kapan masa berakhirnya. Kau, aku, kita adalah lakon-lakon kecil dalam pertunjukkan singkat ini. Kita saling berbagi peran masing-masing. Dan sejatinya, peran-peran sepele ini tak akan pernah bisa digantikan orang lain. Kau tercipta khusus untuk peranmu, pun aku.                                                         
    Seperti kataku pada awal-awal pertemuan kita, hidup ini tak ubahnya seperti sebuah ruang kelas. Hanya ada satu penguasa di ruangan ini. Kalau saat ini di ruang-ruang kelasmu kau panggil dia dengan sebutan guru, maka penguasa hidupmu juga seorang guru. Maha Guru yang Maha Tahu.              Bertahun-tahun lamanya kita beradu kecerdasan dalam kelas besar yang bernama dunia. Saling berlomba merebut kasih sayang Sang Maha Guru kita. Persis. Persis seperti apa yang kita lakukan di ruang-ruang kelas kecil di sini. Yang kusukai dari kelas ini adalah kejutan-kejutan menyenangkan dari Sang Maha Guru kita. Tak pernah ada pemberitahuan akan ujian-ujian kecil yang diberikanNya kepada kita. Mereka selalu datang tanpa komando, lantas menghampiri siap ataupun tidak. Kau harus belajar cepat, persiapan sepanjang hidup. Lagi-lagi seperti kelas-kelas belajarmu, kau tak akan ditinggal sendirian tanpa pedoman. Rasul-rasul terdahulu adalah murid-murid pilihanNya yang teristimewa. Untukmu, ditinggalkan beribu kisah tentang keteladanan mereka. Satu pedoman yang utuh. Namun yang kusayangkan, kita sering lupa bahwa ada pedoman lain yang lebih lengkap, lebih utuh. Pedoman itu ditinggalkan begitu saja padahal kita paham pedoman itu murni berasal dari Sang Guru.                    
Aku sering merana saat memahami pola pikir kita, para mahasiswa. Saat seorang dosen memberi prasyarat tugas, kita mati-matian mematuhi permintaannya. Simple, karena kita ingin lulus dengan nilai memuaskan. namun tak sedikit dari kita yang meninggalkan alqur’an. Aku jadi sering bertanya-tanya, apa nanti saat ujian kelulusanNya berlangsung kau tak ingin lulus dengan nilai memuaskan? Apakah janji surgaNya tak cukup bagimu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar