Kau lelah kawan, aku tau.
Ada saat-saat dimana aku mampu membaca
hatimu. Mungkin terdengar aneh bagimu, pun bagiku.
Kau ingat pertama kali kita bersitatap
di ruangan putih itu?
Saat itu angin bulan Juni mulai
berputar-putar di atas Danau Maninjau. Kau selalu tak suka kala hujan mulai
menyapa. Kita selalu berseberangan soal ini. Bagiku, ketukan-ketukan nadi bumi
itu sungguh mempesona, dan kau pun heran melihatku yang mampu memandang mereka
menari turun seharian. Sejak saat itu aku sudah tau, aku terlahir untuk
mengenalmu.
Aku juga lelah, tapi kau tak akan tau.
Bukan kau yang tak mampu membaca
hatiku, tapi aku yang tak mau kau membacanya. Ada kalanya aku hanya ingin kau
tahu bahwa aku sudah cukup bahagia dengan mengenalmu. Aku tak butuh yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar