Jumat, 04 Mei 2012

Akankah Kau Kawan?



Suatu malam dikala yang dahulu, kau pernah berkata padaku bahwa hidupku pasti bahagia karena sahabat-sahabat yang selalu ada di sampingku. Tidakkah kau perhatikan mata dan rona wajahku malam itu kawan? Kupersembahakan senyum palsu padamu tiap malam. Takkah kau baca? Bibir yang kelu pada kata-kata kesetiakawanan.

Tahukah kau kenapa aku suka sekali pada komik naruto?
Aku lupa pada edisi keberapa, yang kuingat saat itu Sasuke Uchiha meninggalkan Konohagakure untuk mencari kekuatan pada Orochimaru. Taukah kau penggalan cerita itu? Kalau tidak, biar kubantu kau mengingatnya. Saat itu di perbatasan negara Hi, Naruto berusaha menghentikan Sasuke. Ketika menyelami khayalan itu, aku selalu berdoa agar Naruto menang dan membawa kembali Sasuke dalam asuhan Kakashi. Namun, tidak sayang. Ia gagal. Ia pulang dengan penuh luka di tubuhnya. Lebih dari itu, dapat kurasakan luka besar di hatinya. 
Saat itu Sasuke berkata, "Karena kau orang terpenting bagiku, aku tak bisa membunuhmu. Aku tak ingin memiliki kekuatan dengan cara yang sama dengan orang itu(Itachi)"
Aku mencintai pesona persahabatan mereka.

Pun saat kau lihat aku tenggelam dalam buku laskar pelangi pemberianmu ini. Kubaca dalamnya persahabatan Ikal dan Lintang. Tak beda dengan persahabatan Ikal, Arai dan Jimbron. Aku tak tergila-gila dengan buku kawan. Aku lebih memilih gila dengan persahabatan seperti itu. 

Mari kuceritakan sepenggal kisah hidupku yang selama ini kusimpan rapi. Kisah ini kutulis spesial untuk orang-orang spesial sepertimu.

Zaman-zaman ketika sekolah masih menjadi tempat bermain bagiku, kutemukan seorang sahabat spesial. Kemanapun pergi kami selalu bersama, bahkan ke kamar mandi pun berdua. Hatiku selalu berkata bahwa kami adalah sahabat huraiman. Kami, dia dan aku dalam perahu ke pulau yang sama. Tapi sayang, kenyataan selalu membawa luka saat kau terbangun dari mimpi. Beberapa hari sebelum perpisahan di TK islam itu, ia meninggalkanku hanya karena kami tampil dalam tarian yang berbeda. Hari itulah kurasakan sakitnya kehilangan salah seorang sepertimu untuk pertama kalinya.

Ketika hari-hari berlanjut, kutemukan lagi ia di balik kota yang lain. Jika ia juara satu, akulah sang juara dua. Begitupun saat aku yang jadi sang juara satu, ia setia berdiri di belakangku dan bertepuk tangan dengan hangat. Pedih lagi kawan, saat kutinggalkan ia yang telah seminggu tak suarakan namaku.

Selalu begitu kawan. Kukecap indahnya hidup dengan orang-orang spesial sepertimu. Namun pada akhirnya, mereka tinggalkan aku dalam kesengsaraan tak bertepi. Lalu kau pertanyakan kenapa aku menyukai persahabatan Naruto dan Sasuke. Kau sangsikan jua persahabatan Lintang dan Ikal padaku. Bagaimana bisa kujawab kata-katamu saat kau diamkan aku dalam sepi ini?

ia sahabatku kawan, bukankah kau juga?
ia meninggalkanku, akankah kau juga?
Kalau tidak,
Lalu kenapa kau biarkan tangan ini menggantung di dinginnya udara malam?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar