Kau mendewasa, jauh meninggalkan
aku yang tengah berkelana. Semenit dua menit perjumpaan kita, memerangahkan aku
yang terbiasa akan tiadamu. Bertanya pada diammu yang sungguh sangat memenjara.
Bertanya pada hadirku yang tanpa jiwa.
Kita terbiasa bersama. Hingga ucapan-ucapan cinta sudah tak
lagi bermakna. Dan sayang tak lagi menjadi kebutuhan yang kau dan aku harus
penuhi. Kadang pertanyaan basi memenuhi ruang sisa di otakku. Mungkinkah
kebersamaan kita hanya berupa lagu lama dalam cerita lawas masa lalu? Kita
butuh jarak, untuk tahu apakah hadirmu dan hadirku menjadi penentu dalam sebuah
kisah indah di ujung pena Sang Penyair.
Kau mendewasa, menciptakan jarak antara kau dan aku yang
entah kapan dapat kulampaui. Aku meragu. Akankah pada jarak yang terpaksa kita
sepakati bersama muncul rasa merindu. Atau hingga sisa-sisa tinta Sang Penyair
menorehkan penutup cerita di lembaran terakhir, kita tetap terpenjara pada
sisa-sisa rasa. Bungkam pada logika sederhana bahwa kau dan aku tertakdir bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar