Rabu, 20 Juli 2011

Menjahit Langit



Yah, kalau aku sudah besar aku ingin jadi astronot.
Karena  di bumi sebelah sini, langit selalu berkabut.
Aku tak pernah tenang memandangnya, aku takut.
Takut kalau kabut yang kulihat menenggelamkanku.
Kau tau kan Yah?
Aku selalu suka memandangi langit.
Entah itu di saat malam, siang, ataupun sore.
Aiiih, aku sangat suka saat mawar langit senja mulai merekah.
Dan mentari yang malu-malu bersembunyi di balik Singgalang.
Langit subuh adalah yang paling damai di antara mereka.
Pergantian malam dan pagi yang bening serta udara yang menari lembut.

Hmm, pernahkah kau perhatikan langit siang?
Ia seakan-akan hendak menarikku ke dalam tubuhnya.
Luas dan berombak-ombak.
Beda dengan langit malam yang tenang.
Apalagi saat bulan biru itu merayap pelan di udara.
Mereka kakak beradik yang mempesona.

Ayah, aku ingin menjadi astronot.
Langit Depok selalu berkabut Yah.
Aku ingin menjahit awan, satu-satu.
Karena aku rindu kakak beradik itu.
Tak mungkinkah Yah?
Ya, sepertinya aku jadi arsitek saja.
Jika tak kuat menjahit langit, aku bisa melukis bumi.
Lalu kau kirim sepucuk surat padaku, 
"Pulanglah nak, jika kau rindu kakak beradik itu. Mereka sedang bermain di pelataran rumah kita."
Tentu Yah, aku pulang.

4 komentar:

  1. subhanallah....
    chin, follow blor rif juo yo..

    BalasHapus
  2. tulisan ichin selalu mengagumkan di bagian akhir, itulah kenapa amy nggak pernah nggak selesai bacanya :)

    BalasHapus