Senin, 04 Juli 2011

Untukmu Calon Dokter yang Hebat.


Assalam ichin, ichin benci kedokteran tapi bukan berarti juga benci dengan anak kedokterankan?
Posted by Fauzan Hertrisno Firman                                                                   Januari 2010


Kita tak pernah saling menyapa saat bersua, bahkan saat itu seingatku kita belum pernah bertemu secara langsung.
Aku hanya mengenal namamu dari daftar-daftar peserta dan pemenang di berbagai lomba matematika. Ataupun dari kisah-kisah lomba dari teman seperjuanganku waktu itu, Yopi Yuanggara.
Postingan di atas adalah awal dari cerita persahabatan antara kita. 

Saat pertama kali kubaca postinganmu di wallku itu, aku bingung pada perasaanku.
Antara sedih, geli dan bingung.
Sedih karena ternyata problemku dengan jurusan ini dipandang berbeda oleh orang-orang. Bahkan darimu yang bersekolah nun jauh di kota Padang sana. Aihh, apakah bukit di sekeliling danau Maninjau ini tak jua mampu menyimpan sebuah rahasia kecil?
Ataukah pagar Agam Cendekia yang tak mampu kutembus ini tak cukup mampu meredam berita kecil tentang PPKB?
Geli karena hidup ternyata begitu unik dan bingung karena entah bagaimana caranya semua ini sampai padamu.Dari dulu ingin kuluruskan kesalahpahaman kecilmu tentangku, tapi entah mengapa baru malam ini ingin kusampaikan.
Aku tak pernah membenci dokter kawan, pun tak membenci ilmu kedokteran.
Aku hanya tak suka pada kenyataan pahit saat kedokteran masih dipandang sebagai raja ilmu oleh sebagian besar masyarakat kita. Bahkan oleh orang tuaku sendiri.


Aku masih ingat saat mengantarkan adikku ke rumah sakit bersama Ibu. Saat itu Ibu berkata padaku, "Chin, dokter itu keren ya? Hebat!."
Belum lagi saat ayah melihat buku bacaanku dan berkomentar, "Buku yang kemaren udah dibaca? Hebat! Cocok di kedokteran dong ya, anak ayah."
Dua orang terpenting dalam hidupku tak menyuruhku menjadi dokter. Tak tertera perintah itu bahkan dalam satu kata pun. Tapi dari sindiran saja aku mampu menelaah, bahwa impian terbesar beliau adalah saat melihatku mengenakan stetoskop dan jas putih di ruanganku sendiri.

Kawan, kalau kau mengenalku saat itu kau akan tahu bahwa tak ada sedikitpun hatiku menginginkan jas putihmu itu.
Ataupun berniat mengalungkan stetoskop itu di leherku. Tak sedikitpun.
Aku ingin menolong orang lain, sangat ingin. Tapi aku tahu, tak hanya dokter yang mampu melakukan itu.
Saat itu yang aku pikirkan hanyalah, kelak aku akan menjadi perempuan mandiri yang tak hanya bertumpu pada imamku.
Namun bukan berarti kewajibanku kuabaikan begitu saja. Kewajibanku menjadi pembimbing bagi anak-anakku. Aku tak ingin, saat-saat berhargaku dengan anak-anakku kelak harus hilang karena kewajiban seorang dokter.
Kau boleh tertawa teman, tentu.
Karena sekarangpun, aku selalu menertawakan pikiran dangkalku ini.
Tapi begitulah, kelak aku tak ingin jauh dari anak-anakku.
Dan hanya bersama mereka pada waktu-waktu yang terbatas. :p

Hei, jangan sampai kau salah paham lagi dengan noteku ini.
Tak ada niat sedikitpun bagiku untuk memandang fakultas atau jurusan manapun dengan sebelah mata.
Karena aku percaya, sebuah rumah tak akan berfungsi dengan baik jika semuanya dibangun oleh pintu saja, jendela saja ataupun atap saja.
Dibutuhkan semua elemen untuk membuatnya kokoh, sempurna dan indah.
Pun dengan kita, tak cukup dokter saja untuk membuat bangsa ini sejahtera. Tak cukup dengan insinyur saja, guru saja ataupun penulis saja.
Harus ada guru, ilmuan, sejarawan, sastrawan, mekanik dan tentu saja arsitek.
Karena kita semua mengabdi dengan apa yang kita mampu berikan.

Untukmu calon dokter yang hebat, kutunggu kontribusi nyatamu dalam kancah yang tak singkat ini.
Jika guru membekalimu dengan ilmu yang tiada hingganya,
Sastrawan mendidik jiwamu biar ia tak mengeras,
Insinyur memberimu kemudahan,
Maka kau Dokter, kau beri keyakinan kepada kami bahwa selalu ada harapan untuk hari esok.
Jadilah dokter yang hebat saudaraku, 
Mereka menunggu senyumanmu di ujung perjuangan sana. :)


#5 D untuk membantu saudara kita di palestina
Doa
Dakwah
Donasi
Darah
Dokter! => Hal yang tak akan bisa ku berikan 
namun aku yakin, Allah selalu beri kita jalan kawan. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar